Terlalu Banyak Gajah, Pemerintah Botswana Akan Bantai Gajah Jadi Makanan Kaleng |
Negara Afrika ini sejatinya memberlakukan larangan berburu selama empat tahun untuk membantu melindungi hewan-hewan besar seperti gajah. Kebijakan itu menguntungkan bagi dunia pariwisata Botswana. Kini presiden Mokgweetsi Mesisi yang baru menjabat merubah aturan pembantaian gajah secara brutal.
"Saya berjanji kepada bangsa bahwa kita akan mempertimbangkannya. Kertas putih akan mengikuti dan akan dibagikan kepada publik. Jika perlu kami akan memberikan kesempatan kepada perlemen juga menanyainya dan memberi mereka ruang melakukan intervensi sebelum keputusan akhir," ucapnya.
Pertemuan publik diadakan di Botswana dan rekemondasi yang muncul antara lain, larangan berburu harus dicabut, populasi gajah harus dikelola dalam rentang historisnya, rute imigrasi satwa liar yang tidak bermanfaat bagi upaya konservasi negara harus tutup.
Peternakan dibatasi sebagai penyangga antara wilayah komunal dan satwa liar, pemusnahan gajah secara teratur tetapi terbatas harus diperkenalkan serta pembentukan pengalengan daging untuk makanan hewan peliharaan.
Kalangan konservasionis mengkritik langkah pemerintah tersebut dan memperingatkan akan adanya serangan balasan dari wisatawan internasional. Pariwisata merupakan sumber pendapatan asing terbesar kedua di Botswana setelah penambangan intan. Negara ini menjadi tujuan safari mewah dan populer.
Jumlah gajah di Botswana diperkirakan sekitar 130.000 ekor, yang menurut beberapa orang terlalu banyak untuk ekosistem. Beberapa kelompok berpendapat gajah terlalu merusak, terutama ketika mereka merambah lahan pertanian dan pindah ke desa-desa.
"Jumlah gajah meningkat, pada saat yang sama populasi manusia juga meningkat, dan ada permintaan untuk lebih banyak tanah. Pembangunan infrastruktur juga menyebabkan gajah untuk berimigrasi," kata Direktur Departemen Satwa Liar dan Taman Nasional, Otisitwe Tiroyamodimo.
Namun Elephants Without Borders (EWB) berpendapat populasi gajah menurun di seluruh Afrika.